Rabu, 06 Maret 2013

Indonesia Perlu Belajar Dari Brasil Soal Ketahanan Pangan


Indonesia perlu belajar dari Brasil soal ketahanan pangan. Setelah krisis kelaparan, Brasil justru berhasil menjadi ekportir utama pangan.

brasilJohannes Mann/Corbis
Indonesia perlu meniru negara Brasil soal ketahanan pangan. Meski di tahun 2002 Brasil mengalami krisis kelaparan kronis yang terjadi pada 50 juta rakyatnya, namun Brasil berhasil menjadi negara eksportir utama pangan ke seluruh dunia.
Demikian ditegaskan oleh Dubes Brasil, Paulo Alberto da Silveira Soares, ketika menjadikeynote speaker dalam kuliah umum "Food Security The Framework of Community Development" di UGM, Senin (9/4). Ia menjelaskan salah satu kesuksesan Brasil dalam ketahanan pangan adalah menjalankan program zero hunger (nol kelaparan) yang berfokus pada peningkatan akses pangan dan gizi.
Dalam kurun waktu 10 tahun program ini ternyata cukup berhasil. Menurutnya, program ini tidak hanya berhasil mengentaskan rawan pangan namun juga mampu mengurangi angka kemiskinan dan pengangguran. “Tugas pemerintah daerah dalam hal ini menjamin hak rakyat untuk mendapatkan pangan dan penyediaan stok pangan dalam kondisi darurat,” kata Alberto.
Dalam program Zero Hunger, pemerintah Brasil lebih fokus pada peningkatan pertanian skala kecil, penyaluran kredit petani, penyuluhan, serta pembangunan irigasi di pedesaan. Pemerintah pun terlibat dalam mencari solusi penyebab struktural dari kerawanan pangan, reformasi agraria, dan upah minimum.
Yang tidak kalah penting, tambahnya, adanya program pembagian kartu pangan bagi keluarga miskin disertai pemberian bantuan uang tunai lewat program Bolsa Familia. Dari program tersebut, kata Paulo, setidaknya angka kerawanan pangan berhasil dikurangi. “Kasus gizi buruk pada balita telah berkurang dari 12,5 persen di tahun 2003 menjadi 4,8 persen pada tahun 2008,” katanya.
Setelah keberhasilan program zero hunger, kini pemerintah mencanangkan program 'Brasil tanpa Kemiskinan' yang diluncurkan sejak Juni 2011 lalu. Program ini bertujuan mengentaskan 16,2 juta rakyat Brasil yang masih hidup dalam kondisi sangat miskin. Program ini dilakukan dengan memperbesar bantuan tunai untuk 800.000 keluarga miskin. Selain itu, pemerintah berupaya meningkatkan akses pendidikan, kesehatan, sanitasi, air, listrik, pelatihan keterampilan serta bantuan pendanaan untuk keluarga petani miskin.
"Keberhasilan Brasil bisa menjadi rujukan bagi Indonesia. Ketahanan pangan perlu diprioritaskan dalam kebijakan nasional. Pemerintah perlu memberikan perlindungan sosial sebagai bentuk investasi masa depan, bukan sekadar kegiatan kemanusiaan,” tambahnya.
(Olivia Lewi Pramesti)

sumber : http://nationalgeographic.co.id

Tidak ada komentar: