Minggu, 09 Desember 2012

Kenapa Wanita Lebih Sulit Berhenti Merokok


Kenapa Wanita Lebih Sulit Berhenti Merokok 
Terkadang, malah wanita yang cenderung lebih sulit berhenti merokok ketimbang pria. Hal tersebut dikarenakan otak wanita bereaksi berbeda terhadap nikotin, seperti yang diungkapkan oleh para ilmuwan.
 
Ketika merokok, jumlah reseptor nikotin di otak (yang mengikat nikotin dan meningkatkan kebiasaan merokok) diperkirakan meningkat jumlahnya. Pria perokok mempunyai reseptor nikotin yang lebih banyak ketimbang pria yang tidak merokok. Sebaliknya wanita perokok mempunyai reseptor nikotin yang hampir sama dengan wanita non-perokok.
 
Temuan-temuan ini penting karena pengobatan utama bagi mereka yang ingin berhenti merokok adalah terapi pengalihan nikotin, seperti permen karet nikotin. Hasil studi menunjukkan, bagi wanita perokok manfaatnya akan lebih baik jika menggunakan pengobatan yang tidak melibatkan nikotin, di antaranya terapi perilaku seperti teknik olahraga atau relaksasi, dan obat-obatan yang tidak mengandung nikotin.
 
Elemen-elemen merokok yang tidak berkaitan dengan nikotin seperti bau dan berpura-pura memegang sebatang rokok, kemungkinan berpengaruh besar dalam meningkatkan kebiasaan wanita perokok dibandingkan pada pria.
 
berhenti merokok selama seminggu sehingga reseptor nikotin mereka bisa diikat dengan penanda tersebut untuk difoto. Para ilmuwan menemukan bahwa pria perokok mempunyai 16 persen lebih banyak reseptor nikotin di area otak yang disebut striatum, 17 persen lebih tinggi di cerebellum dan 13-17 persen lebih banyak di are cortical atau di luar lapisan otak, dibandingkan pria yang tidak merokok. Pada wanita perokok, sebaliknya, jumlah reseptor nikotin hampir sama dengan wanita non-perokok di semua bagian otak tersebut.
 
Alasan terjadinya perbedaan terkait dengan jenis kelamin pada penelitian ini, tidak diketahui. Namun kemungkinan hal itu berkaitan dengan kadar progesteron. Tingkat hormon yang berfluktuasi pada wanita tergantung dari siklus menstruasi dan lebih tinggi setelah ovulasi. Studi ini menemukan level progesteron terkait dengan lebih rendahnya jumlah reseptor nikotin yang ada, ungkap para peneliti. Kemungkinan progesteron secara tidak langsung menghalangi reseptor-reseptor tersebut. 

Tidak ada komentar: